Tes Keterampilan Menulis: Konsep, Tingkatan, Model Soal, dan Komponen Kemampuan

Tes Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis merupakan salah satu bentuk komunikasi tidak langsung, bukan pertemuan dengan orang lain secara langsung. 

A. Konsep Dasar Tes Keterampilan Menulis

Menulis adalah kegiatan yang produktif dan ekspresif. Faktanya, menulis adalah keterampilan yang bisa lebih sulit untuk berbicara daripada keterampilan bahasa lainnya (misalnya, mendengarkan, berbicara, membaca). Dalam proses penulisan perlu memperhatikan struktur yang berkaitan dengan unsur penulisan agar pembaca dapat memahami informasi yang ingin penulis sampaikan. Oleh karena itu, penulis harus benar-benar menggunakan struktur artikel dengan benar, seperti kata, kalimat, paragraf, dll.

Mohamad mengemukakan melalui Darmadi (1996: 11) bahwa menulis atau mengarang itu seperti mengendarai sepeda, dan harus menjaga keseimbangan. Jika seseorang sering berlatih menulis, maka menulis dianggap mudah; jika seseorang belum terbiasa menulis atau berlatih menulis, maka mereka tidak tahu harus mulai dari mana, maka menulis bisa dianggap sulit.

Menurut Tarigan (2008: 2), menulis adalah mereduksi simbol atau grafik yang melambangkan bahasa yang dipahami seseorang, sehingga jika seseorang atau orang lain dapat memahami bahasa dan grafik tersebut, mereka dapat membaca simbol grafik itu. Berdasarkan beberapa sudut pandang di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan pemikiran, pengetahuan, dan pengalaman hidupnya melalui bahasa tulisan yang jelas sehingga pembaca dapat memahami makna penulisannya.

Menulis adalah keterampilan bahasa terakhir yang dipelajari siswa. Dibandingkan dengan keterampilan bahasa lainnya, keterampilan menulis bisa dibilang merupakan keterampilan yang paling sulit. Untuk mengetahui seberapa banyak keterampilan menulis yang dibutuhkan siswa, perlu digunakan alat ukur yang mencerminkan tingkat kemampuan menulis siswa. Menurut Nurgiyantoro (2010: 422—423), keterampilan menulis dapat dinilai melalui tes. Umumnya kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam menghasilkan bahasa tidak hanya ditujukan untuk produktivitas bahasa itu sendiri, tetapi ada juga hal-hal yang perlu dikomunikasikan melalui bahasa tersebut.

B. Tingkatan Tes Keterampilan Menulis

Biasanya fungsi utama menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung. Hartig dalam Tarigan (2008: 25–26) menguraikan tentang tujuan penulisan yaitu distribusi, altruisme, persuasif, informasi, pernyataan diri, kreativitas, dan kemampuan pemecahan masalah. Seperti halnya tes kemampuan lisan, tes tingkat keterampilan menulis tidak hanya melibatkan keterampilan kognitif, tetapi juga aktivitas psikomotorik (otot) menulis. Namun, aktivitas kognitif memang lebih menonjol daripada latihan mental. Dalam kegiatan menulis, ada dua hal utama yang dilibatkan: memilih (kemungkinan menentukan) ide yang akan dipresentasikan, dan memilih cara mengungkapkan ide (membaca: bahasa). Singkatnya, dua masalah yang terlibat adalah unsur pemikiran dan bahasa. Proses pemilihan kedua elemen ini adalah kerja kognitif. Tugas menulis membutuhkan keterampilan kognitif tinggi, pengetahuan luas, dan pengetahuan lain termasuk kepekaan menulis.

1. Tes Kemampuan Menulis Tingkat Memori

Seperti tes kecakapan lisan, tes kecakapan menulis pada tingkat memori lebih bersifat teoretis. Dengan kata lain, tes lebih berkaitan dengan teori atau pengetahuan menulis, dan teori atau pengetahuan menulis biasanya diajarkan sebelum siswa diwajibkan untuk berlatih menulis. Misalnya pengetahuan yang dibahas berkaitan dengan definisi, pengertian, konsep, fakta, dan istilah yang sering dijumpai dalam perkuliahan. Misalnya, paragraf pertanyaan, jenis paragraf, jenis esai, kalimat penjelasan, dll.

2. Tes Kemampuan Menulis Tingkat Pemahaman

Bahkan tes kemampuan menulis untuk tingkat pemahaman ini, seperti tingkat memori di atas, secara teori masih lebih tinggi. Pada level ini, siswa tidak ditugasi untuk menghasilkan karya tulis dengan cermat. Dengan kata lain, untuk menulis esai dengan lebih banyak ide dan bahasa, esai ini bersumber dari siswa. Ujian yang wajib diikuti mahasiswa memang masih berkaitan dengan seluk beluk tugas menulis, tetapi bukan hanya sekadar kenangan.

3. Tes Kemampuan Menulis Tingkat Penerapan

Tes kemampuan menulis untuk tingkat penerapan mengharuskan siswa untuk benar-benar menghasilkan karya tulis. Tugas menulis yang diharapkan terkait dengan teori menulis, dan tingkat ujiannya berada pada tingkat memori dan pemahaman yang disebutkan di atas. Misalnya, jika siswa hanya diminta untuk menjawab makna, jenis, jenis esai, dan lain-lain paragraf dalam dua level tes di atas, maka dalam tes level aplikasi, siswa diwajibkan untuk menulis jenis tertentu, jenis paragraf esai tertentu, dan seterusnya. Singkatnya, siswa diminta untuk mengemukakan gagasan dalam bahasanya sendiri.

4. Tes Kemampuan Membaca Tingkat Analisis, Sintetis, dan Evaluasi

Sesuai dengan level penerapan di atas, tes kemampuan menulis pada level analisis, sintetis, dan evaluasi juga menuntut siswa untuk berlatih membuat karya tulis. Dalam kegiatan menulis, baik yang didasarkan pada rangsangan fisik, suara, buku atau metode lainnya, ketiga aktivitas kognitif ini akan sama-sama terlibat, dan sulit untuk membedakan karya tulis yang dihasilkan sebagai data yang koheren, dan biasanya data tersebut hanya dapat dibedakan berdasarkan bahasa pada konten yang disajikan.

C. Model Soal Tes Keterampilan Menulis

Menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan pikiran dan emosi sebagai bahasa tertulis. Rofi’uddin et al. (1999: 263) melanjutkan dari konsep ini dan percaya bahwa tes menulis adalah tes bahasa yang mengukur kemampuan untuk mengomunikasikan pikiran dan perasaan menggunakan bahasa tertulis.

Rofi’uddin et al. (1999: 263) juga mengemukakan bahwa tes kemampuan menulis dapat menggunakan metode diskrit atau melalui metode pragmatis. Tes kemampuan menulis yang dilakukan dengan metode diskrit lebih menitikberatkan pada aspek-aspek tertentu, seperti ejaan dan penggunaan tanda baca. Kemudian melalui metode pragmatis menguji kemampuan menulis untuk mengukur keseluruhan kemampuan penulis dalam menulis. Carol dan Hall 1985 (dalam Rofi’uddiin, 1999: 265) menggunakan dua bentuk tes dalam tes menulis, yaitu tes observasi subjektif dan tes observasi objektif. Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (1999: 265—266) menyebutkan berbagai bentuk tes subjektif yang digunakan untuk menguji keterampilan menulis.

1. Tes Menulis Berdasarkan Rangsangan Visual

Bentuk visual sebagai bentuk rangsangan bahasa penghasil dapat berupa gambar atau film. Gambar yang dimaksud adalah gambar yang menyusun rangkaian cerita, bisa berupa gambar yang sengaja digunakan untuk tugas ujian, gambar kartun, atau komik yang bisa diambil dari buku, majalah, atau koran. Contoh:

  • Berikut disediakan empat buah gambar yang membentuk sebuah cerita.
  • Buatlah sebuah karangan berdasarkan gambar itu yang panjangnya kira-kira satu halaman (sebagai variasi misalnya: tiap satu gambar menjadi satu alinea).
  • Jangan lupa karangan harus diberi judul. Film yang dirancang untuk merangsang tugas menulis bisa dalam bentuk film demo atau film bisu. Metode penerapan yang biasa dilakukan adalah meminta siswa menulis berdasarkan informasi yang terkandung dalam film yang ditayangkan. Agar siswa dapat lebih memahami informasi tersebut, informasi tersebut harus dimainkan berkali-kali, dan hanya setelah siswa tersebut diminta untuk menyusun informasi tersebut.

2. Tes Menulis Berdasarkan Rangsangan Suara

Format suara yang dapat diusulkan untuk merangsang tugas menulis dapat berupa format suara langsung atau melalui beberapa format media. Pidato langsung adalah bentuk bahasa yang dihasilkan dalam komunikasi tertentu (seperti dialog, diskusi, pidato, dll.). Tugas yang diberikan kepada mahasiswa adalah menulis berdasarkan pertanyaan yang dibahas dalam dialog, diskusi atau ceramah yang mereka ikuti. 

Bentuk suara tidak langsung mengacu pada bahasa yang tidak dapat didengar secara langsung oleh orang yang menghasilkan suara. Selain itu, karena pendengar dan pembicara tidak berada dalam satu lokasi atau tempat yang sama. Bentuk suara tidak langsung misalnya adalah bentuk rekaman atau program siaran. Tugas yang diberikan kepada siswa didasarkan pada berita atau informasi yang mereka dengar melalui rekaman atau siaran (Nurgiyantoro, 2001: 301).

3. Tes Menulis Berdasarkan Tugas Menyusun Alinea Objektif

Tes kemampuan menulis bentuk objektif yang mampu menuntut siswa untuk mempertimbangkan unsur bahasa dan gagasan adalah tugas menyusun alinea berdasarkan kalimat-kalimat (biasanya empat buah) yang disediakan. Tugas tersebut menuntut siswa untuk menyusun gagasan secara tepat, menentukan kalimat yang berisi gagasan pokok dan pikiran-pikiran penjelas, dan menemukan urutan kalimat secara logis. Untuk mengerjakan tugas itu, siswa harus mempertimbangkan ide tiap kalimat sekaligus bahasanya. Contoh:

  • Kita harus menghadapinya dan berusaha mengatasinya. 
  • Jika tidak, jika kita tidak melakukan ini, kita akan tertinggal jauh dari negara lain.
  • Kami sangat menyadari bahwa semua bidang menghadapi tantangan pembangunan.
  • Selama kita bekerja keras, kita akan sukses, dan tidak ada pilihan lain.

Jika keempat kalimat di atas dalam urutan yang benar, itu akan menjadi paragraf yang baik.

4. Tes Menulis Berdasarkan Rangsangan Baku

Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lain yang salah satu ujung dokumen atau bahan lainnya diikat menjadi satu dan berisi teks, gambar atau lampiran. Buku sangat umum digunakan sebagai bahan motivasi atau tugas menulis dan banyak digunakan di sekolah dan universitas. Pada tahap sekolah menengah pertama, tujuan menulis di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas (siswa bahasa asing) dengan stimulasi buku lebih untuk melatih siswa menghasilkan bahasa secara efektif. Di SMA, menulis bukan lagi latihan, menulis yang digerakkan oleh buku biasanya berupa laporan, seperti laporan (baca) dan buku yang tujuannya untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang isi buku yang sedang dibahas. Buku yang mendorong menulis dibedakan menjadi dua jenis, yaitu buku fiksi dan buku non fiksi.

5. Tes Menulis Laporan

Mengenai pengajaran bahasa, menulis laporan juga dapat digunakan untuk melatih dan mendemonstrasikan kemampuan siswa. Ada banyak hal yang bisa dijadikan bahan penulisan laporan. Misalnya laporan kegiatan perjalanan, penelitian, seminar, dll. Persiapan laporan paling umum yang ditugaskan kepada siswa adalah laporan ulasan tentang objek atau kunjungan tertentu. Sebaiknya guru memberitahu Anda sebelumnya dan menjelaskan apa yang harus dilaporkan. Selain itu, model pelaporan harus ditentukan.

6. Tes Menulis Surat

Mengingat pentingnya huruf untuk berbagai keperluan, maka penulisan surat harus dilatih dan disebarkan kepada siswa sekolah. Surat dapat digunakan untuk melatih dan mengungkapkan keterampilan menulis siswa. Jenis surat yang akan ditulis harus menekankan pada surat formal, atau menulis surat yang membutuhkan penggunaan bahasa yang benar dan tepat. Bahkan saat menulis surat resmi, siswa dapat memilih modelnya sendiri daripada selalu meniru model yang biasa digunakan.

7. Tes Menulis Berdasarkan Tema Tertentu

Tes keterampilan menulis yang paling umum diberikan kepada siswa adalah dengan memberikan satu topik atau banyak topik, terkadang dalam bentuk judul. Jenis esai yang ditulis bisa fiksi atau non fiksi.

D. Komponen Kemampuan dalam Tes Keterampilan Menulis

Krashen (1984) membagi kemampuan menulis antara kemampuan dan kinerja. Kemampuan adalah pengetahuan abstrak dari tulisan penulis, dan kinerja adalah kemampuan untuk menggunakan kemampuan dalam menulis yang sebenarnya. Kemampuan dapat berupa pemahaman tentang bentuk atau karakteristik konvensional dari berbagai prosa, dan dapat diingat kembali berdasarkan organisasi dan ekspresi pemikiran.

Menurut penelitian Flower dan Hayes (1980), kemampuan diperoleh melalui pemaparan pada bentuk tulisan yang bermakna (seperti surat kabar, majalah, buku, dan tulisan lain); dan kinerja dapat dibantu dengan banyak latihan. Artinya menulis adalah pekerjaan yang didasarkan pada kemampuan yang diperoleh dari pengalaman belajar. Kemampuan menulis mengacu pada kemampuan menggabungkan banyak kata menjadi kalimat yang baik dan benar, kemudian merangkainya menjadi kata-kata berdasarkan penalaran dan struktur retoris yang tepat. Artinya, tulisan sangat bergantung pada bagaimana kita menggunakan materi kebahasaan, karena tulisan merupakan salah satu bentuk bentuk kebahasaan khusus, seperti yang diungkapkan oleh Read dalam Martlew (1983). 

E. Daftar Referensi

  • Anshori, I. (2004). Evaluasi Pendidikan.
  • Arikunto, S. (2021). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 3. Bumi Aksara.
  • Prijowuntato, S. W. (2020). Evaluasi Pembelajaran. Sanata Dharma University Press.

D. Unduh (Download) Resume Tes Keterampilan Menulis

PDF
Tes Keterampilan Menulis.pdf
Download

Leave a Comment