Struktur Wacana: Makro, Superstruktur, dan Mikro

Struktur Wacana Makro, Superstruktur, dan Mikro - Languafie

Wacana merupakan seperangkat preposisi yang saling terkait yang menciptakan semacam kohesi atau kepaduan bagi pendengar atau pembaca. Wacana dapat diimplementasikan dalam bentuk prosa lengkap (novel, buku, seri ensiklopedia, dll) atau dalam bentuk prosa persuasif (persuasi), seperti iklan. Wacana terkait dengan teks. 

Luxemburg (dalam Youpika, 2014: 1) menganggap teks sebagai ekspresi bahasa yang merupakan kontinum dari segi isi, sintaksis, dan pragmatik. Selanjutnya Van Dijk (dalam Eriyanto, 2001: 225─226), menyatakan bahwa sebuah teks terdiri dari beberapa struktur/hierarki yang masing-masing bagian saling mendukung. Struktur/hierarki meliputi struktur makro, superstruktur, dan mikrostruktur. Oleh sebab itu, pada pembahasan di bawah ini akan dikaji secara lebih jauh mengenai struktur wacana, yaitu mulai dari (1) struktur makro, (2) superstruktur, dan (3) struktur mikro.

A. Struktur Makro

Struktur makro suatu wacana dapat diartikan sebagai struktur makna, topik, atau tema globalnya. Struktur makro diturunkan atau disimpulkan dari makna lokal wacana (struktur mikro proposisional atau semantik) dengan banyak aturan atau strategi untuk mereduksi informasi yang kompleks. Hal ini sejalan dengan pendapat Van Dijk (dalam Eriyanto, 2001), yang mengatakan bahwa struktur makro adalah makna global/umum dari sebuah teks yang dapat dijangkau dengan melihat pokok bahasan teks tersebut. Subjek wacana semacam itu bukan hanya isi, melainkan aspek peristiwa. Dari topik tersebut, dimungkinkan untuk mengidentifikasi masalah dan tindakan yang dilakukan komunikator untuk mengatasi masalah tersebut. Tindakan, opini, keputusan dapat diamati dalam struktur makro wacana. 

Misalnya, dari serangkaian proposisi cerita yang mungkin sangat panjang dan kompleks seperti <Bima pergi ke bandara dengan menaiki taksi, kemudian melakukan pemesanan tiket untuk penerbangan ke Paris, ia berjalan ke gerbang menuju pesawat…>. Dari serangkaian proposisi cerita tersebut kita bisa mendapatkan kesimpulan bahwa arti “global” atau proposisi makro yaitu Bima terbang ke Paris. Hal inilah yang dinamakan dengan struktur makro.

B. Superstruktur

Subur mengemukakan bahwa superstruktur adalah kerangka teks, yaitu bagaimana struktur dan unsur-unsur wacana tersusun dalam teks secara keseluruhan. Namun secara umum, Van Dijk (dalam Eriyanto, 2001: 234) mengemukakan bahwa “Arti penting dari skematis adalah strategi wartawan untuk mendukung topik-topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu”. Struktur skema atau superstruktur menggambarkan bentuk umum teks. Bentuk wacana umum ini terdiri dari beberapa kategori atau divisi umum seperti pendahuluan, isi, kesimpulan, pemecahan masalah, dan kesimpulan. Informasi penting yang disampaikan pada awal atau akhir bergantung pada makna ujaran tersebut. Skema memiliki dua elemen, yaitu:

  • Summary (abstrak), umumnya ditandai dengan dua unsur: judul dan lead (teras berita). Dua elemen dianggap sebagai elemen yang paling penting. Assegaf (dalam Sobur, 2006: 77) menambahkan unsur pola lain, yaitu lead. Lead merupakan inti sari berita dan memiliki tiga fungsi yaitu: (menjawab rumus 5W + 1H (who, what, when, why + how).
  • Story (cerita), yaitu isi dari keseluruhan berita. Unsur ini memiliki subkategori bentuk kontekstual, proses atau jalannya peristiwa, dan yang kedua adalah catatan yang ditampilkan dalam teks.

C. Struktur Mikro

Sobur (2006: 74─84) mengemukakan dalam kajian struktur mikro, hal yang diamati merupakan kajian semantik, sintaksis, stilistika, dan retorik. Unsur-unsur yang akan diamati adalah sebagai berikut.

1. Semantik

Chaer (2002: 2) menyatakan bahwa sebagai istilah yang digunakan dalam bidang linguistik, semantik mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya, dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Selanjutnya, Pateda (2010: 15) menyatakan bahwa semantik sebagai ilmu, mempelajari kemaknaan di dalam bahasa sebagaimana apa adanya (das sein), dan terbatas pada pengalaman manusia. Sementara itu, Verhaar (2008: 385) mengemukakan semantik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti tentang arti atau makna. 

Semantik dalam skema Van Dijk dikategorikan sebagai makna lokal (local meaning), yakni makna yang muncul berhubungan antarkalimat, hubungan antarpreposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks. Semantik tidak hanya mendefinisikan bagian mana yang terpenting dari struktur wacana, tetapi juga menggiring ke arah sisi tertentu dari suatu peristiwa.

  • Latar. Menurut Eriyanto (2001: 235) Latar merupakan bagian berita yang bisa memengaruhi semantik (arti kata) yang ingin ditampilkan. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak di bawah.
  • Detail. Elemen wacana detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang (komunikator). Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit (bahkan kalau perlu tidak disampaikan) kalau hal itu merugikan kedudukannya (Eriyanto, 2001: 238). Umumnya informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan disampaikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator.
  • Pengandaian. Pengandaian adalah strategi lain yang dapat memberi citra tertentu ketika diterima khalayak. Elemen wacana pengandaian merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Pengandaian hadir dengan memberi pernyataan yang dipandang tepercaya dan karenanya tidak perlu dipertanyakan. Hampir mirip dengan elemen pengandaian adalah penalaran, elemen yang digunakan untuk memberi basis nasional, sehingga teks yang disajikan oleh komunikator tampak benar dan meyakinkan.

2. Sintaksis

Verhaar (2008: 162) mengemukakan sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antarkalimat dalam satu tuturan. Berdasarkan hal tersebut, salah satu strategi yang digunakan adalah dengan pemakaian koherensi. Menurut Sobur (2006: 81) koherensi dapat diamati, diantaranya dari kata hubungan yang dipakai untuk menghubungkan fakta/preposisi. Kata hubung yang dipakai, yaitu (dan, akibat, tetapi, lalu, karena, meskipun) menyebabkan makna yang berlainan ketika kita hendak menggunakan preposisi.

3. Stilistika

Menurut Eriyanto (2001: 255) leksikon menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Sementara itu, Sobur (2006: 82) stilistika adalah style, yaitu cara yang digunakan penulis untuk menyampaikan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Elemen yang diamati pada kajian stilistik adalah leksikon.

4. Retoris

Retoris merupakan gaya yang diungkapkan ketika seseorang menulis atau berbicara. Bagaimana identitas yang menjadi cara penulis menyampaikan maksud. Elemen yang dikaji pada kajian retoris yaitu ekspresi. Maksudnya, untuk membantu menonjolkan atau menghilangkan bagian tertentu dari teks yang disampaikan. Elemen selanjutnya adalah grafis. Menurut Eriyanto (2001: 257) grafis merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seorang yang diamati dari teks. Misalnya, pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat ukuran kecil dan besar, pemakaian grafik, gambar, atau tabel mendukung arti penting dari suatu pesan.

D. Daftar Referensi

  • Chaer, Abdul. (2002). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. LKiS Yogyakarta.
  • Sobur, Alex. (2006). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Farming. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
  • Soeparno. (1993). Dasar-Dasar Linguistik. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
  • Pateda, Mansoer. (2010). Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Verhaar, J. W. (1996). Asas-Asas Linguistik Umum. Gajah Mada University Press.
  • Youpika, F., & Seftiawan, F. (2014). Teks, Koteks, Konteks, dan Hubungan Ketiganya dalam Kajian Wacana. Diakses pada 20 Februari 2022, melalui http://fitrayoupika.blogspot.com/2014/11/teks-koteks-konteks-dan-hubungan.html

E. Unduh (Download) Resume Struktur Wacana: Makro, Superstruktur, dan Mikro

PDF
Struktur Wacana: Makro, Superstruktur, dan Mikro.pdf
Download

Leave a Comment