Proses dan Teknik Supervisi

Proses dan Teknik Supervisi - Languafie

Supervisi merupakan suatu proses, yaitu serangkaian kegiatan yang teratur dan beraturan serta berhubungan satu sama lain dan diarahkan pada satu tujuan. Supervisi memiliki proses dan beberapa teknik dalam pengimplementasiannya. Berikut merupakan penjelasan dari proses dan teknik dalam supervisi.

A. Proses Supervisi Pendidikan

Supervisi menurut Rifai (1982) merupakan suatu proses, yaitu serangkaian kegiatan yang teratur dan beraturan serta berhubungan satu sama lain dan diarahkan pada satu tujuan. Secara garis besar kegiatan dalam proses supervisi dapat dibagi atas tiga yaitu, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Proses Perencanaan Supervisi Pendidikan

Perencanaan supervisi perlu disusun oleh supervisor agar pelaksanaan supervisi dapat terarah. Pelaksanaan supervisi tanpa diawali dengan perencanaan diduga dapat mengecewakan banyak pihak, seperti guru, supervisor dan bahkan siswa yang secara tidak langsung, memerlukan peningkatan kemampuan mengajar gurunya. Mengingat perencanaan merupakan pedoman dan arah dalam pelaksanaan, maka ada beberapa hal yang harus dicantumkan dalam perencanaan dalam supervisi yaitu: 1) tujuan supervisi, 2) alasan mengapa kegiatan tersebut perlu dilakukan, 3) bagaimana (metode atau teknik) mencapai tujuan yang telah dirumuskan, 4) siapa yang akan dilibatkan atau diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, 5) waktu pelaksanaannya, dan 6) hal yang diperlukan dalam pelaksanaannya serta secara memperoleh hal-hal tersebut.

2. Proses Pelaksanaan Supervisi Pendidikan

Rifai (1982) mengemukakan bahwa pelaksanaan supervisi pendidikan mengikuti beberapa kegiatan, yaitu sebagai berikut.

  • Mengumpulkan data. Proses supervisi diawali dengan pengumpulan data untuk menemukan berbagai kekurangan dan kelebihan guru. Data yang dikumpulkan adalah mengenai keseluruhan situasi belajar-mengajar, meliputi data murid, guru, program pengajaran, alat atau fasilitas, dan situasi kondisi yang ada. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti observasi, kunjungan kelas, menggunakan kuesioner dan sebagainya.
  • Penilaian. Data yang sudah dikumpulkan diolah, kemudian dinilai. Penilaian ini dilakukan terhadap keberhasilan murid, guru, serta faktor-faktor menunjang dan menghambat dalam proses belajar-mengajar.
  • Deteksi kelemahan. Pada tahap ini supervisor mendekati kelemahan atau kekurangan guru dalam mengajar. Dalam rangka mendeteksi kelemahan, supervisor memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas guru, yaitu; penampilan guru di depan kelas, penguasaan materi, penggunaan metode, hubungan antara personel dan administrasi kelas. Hal selanjutnya, yaitu supervisor dan guru secara bersama-sama memperkirakan kelemahan atau kekurangan yang ada pada guru.
  • Memperbaiki kelemahan. Jika melalui deteksi temukan kelemahan dan kekurangan, maka pada tahap ini dilakukan perbaikan atau peningkatan kemampuan. Memperbaiki kelemahan dan kekurangan tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan informasi langsung atau tidak langsung demonstrasi mengajar, dsb.
  • Bimbingan dan pengembangan. Dalam pelaksanaan supervisi, supervisor perlu memberikan bimbingan kepada guru agar apa yang diperolehnya diterapkan atau diaplikasikan dalam proses belajar-mengajar yang dilakukannya. Bimbingan dan pengembangan ini antara lain dilakukan dengan cara kunjungan kelas, pertemuan pribadi, observasi dan diskusi dalam rangka penggunaan teknik service, supervisor dapat memedomani beberapa pendekatan. Sutjipto, dkk (1992/1993) menemukan empat pendekatan supervisi, yaitu pendekatan humanistik, pendekatan kompetensi, pendekatan klinis, dan pendekatan profesional. Pendekatan humanistik didasarkan atas asumsi bahwa guru mengalami pertumbuhan secara terus-menerus, karena itu tugas supervisor dalam pendekatan ini adalah bimbingan guru agar lama kelamaan guru dapat berdiri sendiri. Teknik yang digunakan tergantung kepada kebutuhan guru. Pendekatan kompetensi didasarkan atas asumsi bahwa supervisi bertujuan membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. Tugas supervisor dalam hal ini adalah menciptakan lingkungan sedemikian rupa sehingga guru dapat dapat menguasai kompetensi tersebut secara bertahap. Pendekatan klinis dilakukan dengan asumsi bahwa guru akan tumbuh dan berkembang dalam jabatannya melalui proses belajar. Hal tersebut dikarenakan supervisor perlu membantu guru secara tatap muka dan individual. Pendekatan profesional dilaksanakan dengan asumsi bahwa tugas utama guru adalah mengajar, karena itu kegiatan supervisi selalu diarahkan pada hal-hal yang menyangkut tugas belajar-mengajar tersebut. Sedangkan Pendekatan kompetensi didasarkan atas asumsi bahwa supervisi bertujuan membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. Tugas supervisor dalam hal ini adalah menciptakan lingkungan sedemikian rupa sehingga guru dapat dapat menguasai kompetensi tersebut secara bertahap.

3. Proses Evaluasi dan Tindak Lanjut Supervisi Pendidikan

Pada akhir supervisi dilakukan evaluasi, ini dilakukan untuk mengetahui tujuan yang sudah dicapai, hal-hal yang sudah dilakukan dan hal yang belum dilaksanakan. Evaluasi supervisi dilakukan untuk semua aspek, meliputi evaluasi hasilnya, prosesnya dan pelaksanaannya. Hasil yang ingin dicapai supervisi adalah peningkatan situasi belajar-mengajar, karena itu sasaran evaluasi hasil supervisi adalah siswa. Segi-segi yang dievaluasi dari segi siswa adalah hasil belajar, kebiasaan dan cara belajar, minat dan minat dan motivasi belajar, dan penyesuaian anak dengan lingkungannya. Teknik evaluasi yang dapat digunakan adalah tes belajar, tes psikologi, serta tes observasi reaksi murid dan orang tua atau masyarakat.

B. Teknik Supervisi Pendidikan

Secara umum teknik supervisi menurut Rifai (1982) dapat dilakukan berdasarkan dua teknik, yaitu teknik individu dan kelompok serta teknik langsung dan tidak langsung. Berikut adalah pembahasannya.

1. Teknik Individu dan Kelompok

Ada beberapa teknik supervisi yang tergolong ke dalam teknik individual, yaitu:

  • Kunjungan kelas. Supervisor datang ke kelas dan memperhatikan guru yang sedang mengajar. Melalui kunjungan kelas, supervisor akan memperoleh banyak informasi mengenai pelaksanaan proses belajar-mengajar di kelas. Supervisor dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan guru dengan mengamati penampilan guru di dalam kelas. Supervisi juga dapat mengetahui keberhasilan guru dalam mengaktifkan siswa di dalam proses belajar-mengajar. Secara garis besar kunjungan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kunjungan kelas yang direncanakan/dipersiapkan terlebih dahulu dan kunjungan kelas yang dipersiapkan. Pertama, kunjungan kelas yang direncanakan. Kunjungan ini dapat dibedakan atas tiga bagian, yaitu: a) kunjungan kelas yang direncanakan oleh kepala sekolah dan diberitahukan kepada guru, b) kunjungan kelas yang direncanakan oleh kepala sekolah tetapi tidak diberitahukan kepada guru, c) direncanakan oleh guru dan mengundang kepala sekolah untuk mengunjungi kelasnya. Kedua, kunjungan kelas tanpa perencanaan atau persiapan. Tujuan kunjungan kelas seperti ini mungkin bermacam-macam. Misalnya hanya sekadar membina hubungan baik antara kepala sekolah dengan guru, atau juga merupakan salah bentuk inspeksi mendadak yang dilakukan oleh kepala sekolah.
  • Observasi kelas. Supervisor mengamati suasana kelas selama pelajaran berlangsung. Menurut Sehertian (1981) observasi kelas dapat dibedakan atas dua, yaitu observasi langsung dan tidak langsung. 
  • Percakapan pribadi. Adam dan Dickey (Sahertian, 1981) mengatakan bahwa salah satu alat yang penting dalam supervisi adalah percakapan pribadi, melalui percakapan pribadi, sehingga bentuk bantuan yang diberikan lebih mempertimbangkan individual guru.
  • Saling mengunjungi kelas. Guru-guru saling mengunjungi antara satu dengan yang lain yang sedang mengajar. Saling mengunjungi kelas ini dapat dilakukan di sekolah sendiri atau mengunjungi guru di sekolah lain. Guru yang berkunjung dapat belajar melalui penampilan teman yang diamatinya.
  • Menilai diri sendiri. Dalam hal ini guru menilai dirinya sendiri dengan harapan dapat membantu guru dalam memperbaiki kemampuannya.

Sedangkan teknik kelompok, menurut Sahertian (1981) adalah teknik-teknik yang digunakan atau dilaksanakan oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok. Berarti permasalahan yang dialami oleh guru-guru yang ada dalam kelompok tersebut relatif sama. Teknik-teknik yang bersifat kelompok antara lain: a) pertemuan orientasi bagi guru baru, b) rapat guru, c) studi antar kelompok guru, d) seminar, e) diskusi panel, f) buletin supervisi, g) demonstrasi mengajar, h) perpustakaan jabatan, serta i) perjalanan sekolah untuk anggota staf (field travel)

2. Teknik Langsung dan Tidak Langsung

  • Teknik Langsung. Teknik supervisi langsung adalah teknik yang digunakan untuk menyampaikan harapan supervisor kepada guru dengan jelas. Supervisor dapat menggunakan bahasa langsung dan penguatan. Dalam hal ini pengawas sangat mengharapkan kepercayaan dan kredibilitas dari para guru. Teknik supervisi langsung terdiri dari penampilan perilaku, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, mengarahkan dan standardisasi. Arah penampilan perilaku, pemecahan masalah, dan pengarahan kebanyakan dari pengawas. Teknik pengawasan langsung berguna untuk mengatasi keadaan dalam waktu yang singkat ketika guru sedikit sekali menguasai keahlian, keterlibatan, atau menarik diri dari permasalahan pembelajaran (Glickman dan Gordon, 1995). Teknik langsung dalam supervisi yaitu cara berkomunikasi dengan berhubungan langsung antara supervisor dengan guru melalui kunjungan kelas, pertemuan pribadi, rapat staf dan lokakarya. Teknik merupakan cara tertentu yang khusus untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu teknik terdiri dari berbagai kegiatan yang teratur dan alat untuk mencapai tujuan. Sebagai alat hanya diperlukan jika dianggap efektif mencapai tujuan, bila tidak efektif harus dicarikan cara atau teknik lain (Rifai, 1987). 
  • Teknik tidak langsung. Teknik tidak langsung dalam supervisi pendidikan merupakan kondisi seorang supervisor tidak secara langsung (indirect method) menghadapi atau berhadapan dengan orang-orang yang disupervisikan, tetapi mempergunakan berbagai alat atau media komunikasi. Contohnya, melalui radio, televisi, surat, papan pengumuman, dsb.

C. Daftar Referensi

  • Jeflin, H., & Afriansyah, H. (2020). Proses dan Teknik Supervisi.
  • Kristiawan, M., Yuniarsih, Y., Fitria, H., & Refika, N. (2019). Supervisi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
  • Kristina, F., & Afriansyah, H. (2020). Proses dan Teknik Supervisi.
  • Razak, S. A. (2020). Administrasi Proses dan Teknik Supervisi.

D. Unduh (Download) Resume Proses dan Teknik Supervisi

PDF
Proses dan Teknik Supervisi.pdf
Download

Leave a Comment