Analisis Wacana Struktural: Wacana Deskripsi, Eksposisi, Argumentasi, Persuasi, Narasi, dan Genre Teks

Analisis Wacana Struktural - Languafie

Wacana merupakan satuan kebahasaan yang lebih besar daripada kalimat dan klausa, dan terdapat hubungan antara satuan kebahasaan yang satu dengan yang lainnya. Para ahli telah membuat berbagai interpretasi wacana dan mengklasifikasikannya. Wacana berdasarkan bentuk atau strukturnya, diklasifikasikan menjadi wacana deskripsi, wacana eksposisi, wacana argumentasi, wacana persuasi, dan wacana narasi (Darma, 2014: 27). Oleh sebab itu, berikut merupakan penjelasan dari masing-masing jenis wacana tersebut.

A. Wacana Deskripsi

Deskripsi merupakan ragam wacana yang menggambarkan atau menjelaskan sesuatu berdasarkan kesan pengamatan, pengalaman, dan perasaan pengarang. Tujuannya adalah untuk menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga ia seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang telah ditulisnya. Deskripsi adalah suatu bentuk wacana yang menggambarkan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, memungkinkan pembaca untuk memersepsikan (melihat, mendengar, mencium, merasakan) apa yang digambarkan dalam gambaran pengarang. Wacana ini memberi makna kepada pembaca tentang kesan tentang sesuatu, sifat geraknya, atau sesuatu yang lain (Darma, 2014: 27). Berdasarkan tujuannya, wacana deskripsi terbagi menjadi dua jenis, yaitu wacana deskripsi sastra dan wacana deskripsi ekspositoris. Contoh wacana deskripsi sastra, yaitu: 

“Dia telah menjadi kepala sekolah ini selama lebih dari sepuluh tahun. Memimpin sebuah sekolah dasar yang berada di desa terpencil yang berhadapan langsung dengan laut lepas. Laut luas yang membelah pulau-pulau di kepulauan Sumatra. Laut yang menyimpan harapan kini menggantung di udara. Impian baru pendidikan dasar yang sederhana. Dia tidak pernah berpikir kantornya akan dikunjungi oleh penyusup kecil. Terlihat dari mata anak itu bahwa dia mengagumi sebuah piala”. Sedangkan contoh dari wacana deskripsi ekspositoris, yaitu: “Hujan terjadi karena pemanasan yang intens dari matahari di khatulistiwa. Hal ini menyebabkan penguapan naik secara vertikal (konveksi). Massa udara yang naik terus mengalami penurunan suhu sehingga terjadi kondensasi dan awan konvektif. Awan turun dan menjadi hujan”.

B. Wacana Eksposisi

Wacana ekspositori adalah wacana yang dirancang untuk menjelaskan, menyampaikan, atau menggambarkan sesuatu yang memperluas atau meningkatkan pengetahuan dan perspektif pembaca. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi tanpa memengaruhi pikiran, perasaan, dan sikap pembaca. Fakta dan ilustrasi yang disampaikan penulis secara sederhana memperjelas apa yang akan disampaikan (Darma, 2014: 35). Dalam wacana eksposisi, pertanyaan yang disampaikan terutama adalah informasi. Informasi dapat berupa data faktual, analisis atau interpretasi objektif dari sekumpulan fakta, atau data tentang seseorang yang mengambil posisi tertentu, kita harus selalu ingat bahwa tujuan utama dari wacana eksposisi adalah murni untuk berbagi informasi, tidak pernah memengaruhi pembaca. Contoh wacana eksposisi, yaitu:

Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

Perkembangan bahasa Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan terutama penggunaan huruf latin untuk ejaan bahasa Indonesia, perubahan ini dilakukan untuk mengakomodasi perkembangan bahasa Indonesia dan masyarakat yang menggunakannya. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, ejaan resmi bahasa Melayu diubah menjadi huruf Latin, dan setelah kemerdekaan pada tahun 1947, Indonesia mengadopsi ejaan baru tersebut. Ejaan bahasa Indonesia tersebut ditandatangani oleh seorang menteri bernama Mr. Suwandi, demikian ejaannya disebut ejaan Suwandi. Ejaan yang Disempurnakan tahun 1972 (EYD) berlaku hari ini.

C. Wacana Argumentasi

Wacana argumentasi adalah bentuk wacana yang dirancang untuk memengaruhi sikap dan pendapat orang lain sehingga mereka percaya dan pada akhirnya melakukan apa yang diinginkan pembicara (Keraf, 2004: 3). Asrom, dkk (1997: 13) berpendapat bahwa karangan argumentatif adalah karya yang berusaha memengaruhi sikap dan pendapat. Contoh wacana argumentasi, yaitu: 

Menyadari Betapa Buruknya Dampak Sampah

Membuang sampah sembarangan membuat kita tidak nyaman, mengundang bencana alam, bahkan mengundang penyakit. Pertanyaan ini sudah lama dan belum terpecahkan sampai sekarang. Sebagai orang yang bijak tentunya harus memiliki kesadaran membuang sampah pada tempatnya, menyediakan tempat sampah, membedakan jenis sampah, meningkatkan kesadaran diri, dan menyadari bahwa masalah sampah ini adalah hal yang sangat serius.

D. Wacana Persuasi

Persuasi adalah ragam wacana yang dirancang untuk memengaruhi sikap dan pendapat pembaca tentang apa yang penulis komunikasikan (Darma, 2014: 37). Persuasi menggunakan metode emosional, seperti argumentasi, yang juga menggunakan bukti atau fakta, berbeda dengan argumentasi di mana metode argumentasi bersifat rasional dan bertujuan untuk mencapai kebenaran. Wacana persuasif adalah wacana yang berisi penjelasan persuasif yang dapat menggugah rasa ingin tahu pembaca untuk percaya dan menuruti imbauan tersirat atau tersurat penulis. Dari pengertian persuasi tentunya bisa digunakan. 

Logika adalah elemen utama dari sebuah wacana argumentatif. Di sisi lain, dalam wacana persuasif, selain logika, emosi juga memegang peranan penting. Pengenalan unsur-unsur logis dalam wacana persuasif menghasilkan persuasi yang sering menggunakan prinsip-prinsip argumentasi. Di sisi lain, kita akan dapat menerima pemikiran atau ide orang lain tanpa harus menemani pemikiran. Oleh karena itu, struktur wacana persuasif kadang-kadang sama dengan struktur wacana argumentatif, tetapi susunan katanya berbeda. Wacana argumentatif mencari efek tanggapan inferensial, sedangkan wacana persuasif mencari efek tanggapan emosional. Contoh wacana persuasi, yaitu:

Nutrisi dalam pisang merupakan sumber makanan bagi organ tubuh kita. Vitamin A dalam pisang membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh. Pisang membantu pencernaan kita berjalan lancar. Makan pisang bisa tumbuh sehat dan terhindar dari berbagai penyakit.

E. Wacana Narasi

Wacana naratif (imajinasi atau mendongeng) adalah ragam wacana yang menceritakan bagaimana peristiwa berlangsung. Pembicaraan ini mencoba mengomunikasikan urutan peristiwa (kronologis) dengan memberi makna pada suatu kajian atau rangkaian peristiwa sehingga pembaca dapat belajar dari cerita tersebut. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang jelas tentang suatu tahapan, rangkaian langkah, atau rangkaian hal yang terjadi. Contoh wacana narasi, yaitu:

Buku ini menceritakan kisah dewa Apollo yang kuat dan rupawan, yang diubah menjadi manusia fana tanpa kekuatan ilahi oleh ayahnya sendiri Zeus. Dia diasingkan ke dunia manusia dan berubah menjadi bocah yang mudah berjerawat dengan perut buncit yang bahkan tidak memiliki sarana untuk bertahan hidup. Ketika Apollo pertama kali bangun di Bumi, dia dikelilingi oleh sekelompok hooligan. Lebih tragis lagi, dia dibantu oleh putri setengah dewa yang aneh. Kehidupan ilahinya yang agung menjadi tugas setengah dewa. Apa yang terjadi di sebelah Apollo akan mengejutkan Anda, tertawa terbahak-bahak, dan menyadari bahwa tidak buruk menjadi manusia. Oleh sebab itu, buku ini sangat cocok untuk Anda yang menyukai dunia pertualangan.

F. Genre Teks

Genre adalah proses sosial yang berorientasi pada tujuan. Tujuan sosial berkaitan dengan tujuan penggunaan teks dalam kehidupan sehari-hari. Genre bukanlah bahasa, melainkan aturan sosial yang berupa tahapan prosedural, biasanya digunakan untuk mencapai suatu tujuan sosial. Setiap genre menghasilkan teks tertentu, sehingga setiap jenis memiliki nilai, norma, dan tujuan tertentu. Dalam pengertian ini, genre tampaknya sama dengan jenis teks. Teks adalah kata-kata lisan atau tulisan yang mengandung informasi atau makna. Makna adalah pilar utama teks. Jadi, genre tekstual adalah aturan sosial berupa tahapan prosedural yang mengandung informasi atau makna untuk pencapaian suatu tujuan sosial.
Genre teks meliputi genre mikro dan genre makro. 

Genre mikro berasal dari kristalisasi proses sosial dan bersifat generik. Genre makro dekat dengan konteks situasi. Oleh karena itu, genre makro lebih unik daripada generik. Genre mikro teks meliputi genre faktual dan genre cerita. Genre faktual meliputi delapan jenis, yaitu, deskripsi, laporan, rekon, prosedur, eksplanasi, eksposisi, diskusi, dan eksplorasi. Sementara itu, ada empat jenis genre cerita, yaitu genre rekon, anekdot, eksemplum, dan narasi. Genre dipahami sebagai jenis tulisan yang mengandung informasi, proses sosial, dan memiliki tujuan tertentu. 

Swales (1990) menyatakan bahwa genre dipandang sebagai peristiwa komunikatif yang dicirikan oleh komunikasi yang bertujuan, dengan perubahan struktur tulisan, bentuk informasi, gaya, isi, dan objek tulisan. Jenis teks akademik disajikan dalam sepuluh jenis, yaitu eksposisi, diskusi, prosedur, narasi, deskripsi, eksplanasi, laporan, rekon, anekdot, dan artikel ilmiah. Ada berbagai jenis jenis cerita seperti anekdot, cerita, mitos, fabel, roman dan misteri. Ada juga jenis fakta seperti deskripsi, deskripsi, laporan, prosedur, penjelasan dan diskusi. Jenis teks ini muncul karena kebutuhan komunikasi yang berbeda didorong dalam interaksi sosial dan budaya. Mungkin terdapat perbedaan klasifikasi jenis teks karena perbedaan pandangan dan penekanan atau penekanan masing-masing ahli.

G. Daftar Referensi

  • Asrom, dkk. (1997). Belajar Mengajar: dari Narasi Hingga Argumentasi. Jakarta: Erlangga.
  • Darma A. Yoce. (2014). Analisis Wacana Kritis dalam Multiperspektif. Bandung: PT Rfaika Aditama.
  • Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. LKiS Yogyakarta.
  • Keraf, Gorys. (2004). Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa Indah.
  • Swales, J. (1990). Genre Analysis English in Academic and Research Settings. Cambridge, UK Cambridge University Press.

H. Unduh (Download) Resume Analisis Wacana Struktural

PDF
Analisis Wacana Struktural.pdf
Download

Leave a Comment